Vitamin adalah senyawa organik
yang termasuk bahan makanan esensial yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh
sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin yang dapat disintesis oleh tubuh
memang ada, namun laju sintesisnya kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
tetap sehat. Meskipun di dalam tubuh vitamin tidak dipergunakan untuk
mendapatkan tenaga seperti lemak atau karbohidrat dan juga idak dipakai sebagai
zat pembangun seperti protein, vitamin tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan melalui peranannya sebagai enzim pembantu
dalam proses metabolisme. Fungsi khusus berbagai vitamin sangat berbeda antara
satu dan yang lain. Oleh karena itu, sulit menyamaratakan fungsi vitamin dalam
gizi manusia (Sumardjo 2008).
Vitamin Penting Dalam Tubuh (ByFen)
Berdasarkan
kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang larut
dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat
diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan
air. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (vitamin C) dan B
kompleks (B1 s.d.B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen,
oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt (wiwik 2003). Vitamin
yang larut dalam air memiliki beberapa sifat umum di antaranya, tidak hanya
tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tidakmemiliki
provitamin, terdapat di semua jaringan, sebagai prekusor enzim-enzim, diserap
dengan proses difusi biasa, tidak disimpan secara khusus dalam tubuh,
diekskresi melalui urin, dan relatif lebih stabil meskipun pada temperatur
berlebihan menimbulkan kelabilan. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E
dan K. Vitamin yang larut dalam lemak memiliki beberapa sifat umum, antara lain
tidak terdapat di semua jaringan, terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan
oksigen, memiliki bentuk prekusor atau provitamin, menyusun struktur jaringan
tubuh, diserap bersama lemak, disimpan bersama lemak dalam tubuh, diekskresi
melalui feses, kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi
oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya (Winarno 2004).
Penentuan
kadar vitamin C dilakukan dengan titrimetri. Volumetri atau titrimetri
merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran
volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang
digunakan untuk mentitrasi sedangkan analit adalah zat yang akan ditentukan
konsentrasi/kadarnya. Prinsip titrimetri dibedakan
menjadi dua, yaitu titrimetri langsung dan tidak langsung. Prinsip titrimetri
tidak langsung dilakukan terhadap zat – zat oksidator berupa garam – garam besi
(III) dan tembaga sulfat dimana zat – zat oksidator ini direduksi dulu oleh
kalium iodida dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan kembali dengan larutan naatrium tiosulfat baku (Baaset 1994). Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam tablet dan dalam buah.
Penentuan kadar vitamin C dalam
suatu bahan dilakukan dengan iodometri tidak langsung. Iodometri tidak langsung
dilakukan dengan penitrannya adalah larutan tiosulfat 0,1 N. Iod akan bereaksi
terhadap titran yang berlebih dengan perubahan warna merah menjadi kuning
pucat. Prinsip reaksinya adalah amilum dengan I2 membentuk suatu
komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran
titran dengan berubah menjadi kuning pucat, sehingga titik akhir
titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan warna (titik ekivalen)
(Mulyono 2005).
Iodimetri adalah oksidasi kuatitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan
iodium. Iodimetri terbagi menjadi dua, iodimetri langsung dan iodimetri tidak langsung.
Iodimetri langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium,
contohnya pada penetapan kadar asam askorbat. Iodimetri tidak langsung, bahan pereduksi
dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan
dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat, contohnya pada penetapan kadar
natrium tiosulfat (Sunita 2004).
Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas
dihasilkan tubuh ketika melakukan proses merubah makanan menjadi energi. Vitamin
C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit
degeneratif seperti kanker. Vitamin C berperan sebagai pembentuk kolagen yang
merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong
lainnya. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai
jaringan di dalam tubuh, seperti otot, berperan dalam penutupan luka, dan memberikan
perlindungan dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah
vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai
jenis penyakit. Vitamin C membantu pertumbuhan, mencegah penuaan, mengendalikan
kadar kolesterol, dan dapat mempercepat proses pemulihan (Akhilender 2003).
Fungsi larutan H2SO4 ditambahkan
agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan
vitamin C yang bersifat oksidator dan sebagai katalis. Fungsi pereaksi Iod dan
pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan kadar
vitamin C. Rerata kadar vitamin C 1 tablet =
50 mg. Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran adalah reaksi harus berlangsung
sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang jelas. Dengan demikian
semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa. Kedua, reaksi
berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna yang terjadi
pada titik akhir. Ketiga, ada indikator yang sesuai dan ada larutan baku
(Krisno 2001).
Daftar Pustaka
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar
Biokimia 1. Jakarta(ID): Erlangga.
Gibson J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta(ID): EGC.
IKAPI.
2006. Makanan Fungsional.
Yogyakarta(ID): Kanisius.
Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang(ID) : UMM Press.
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta(ID): Bumi Aksara.
Sumardjo
D. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan
Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Sunita A. 2004. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta(ID): UI Press.
Triwahyuni E dan Yusrin. 2010. Penggunaan Metode Kompleksometri pada
Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C.
UNIMUS.
Widiarto S. 2009. Kimia Analitik. Lampung(ID): UNILA.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiwik S. 2003. Pengaruh suplementasi
besi dan vitamin C terhadap asupan zat gizi dan kadar hemoglobin anak Sekolah
Dasar di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Berita Kedokteran
Masyarakat.19: 46-47.