Bobot jenis adalah rasio massa suatu benda atau zat
terhadap massa cairan pada volume dan temperatur yang sama dan dinyatakan dalam
bentuk desimal sebanyak akurasi yang diperlukan dalam pengukuran.Tegangan
permukaan ialah daya tahan lapisan tipis permukaan suatu cairan terhadap usaha
untuk merubah luas permukaan. Emulsi adalah suatu suspensi metastabil yang
terdiri dari satu atau dua zat dengan yang lainnya tidak saling melarutkan.
Emulsi juga merupakan campuran antara partikel suatu zat cair pada saat fase
terdispersi dengan zat cair lainnya pada fase pendispersinya.
Bobot jenis diperlukan
sebuah alat ukur
yaitu Densitometer, alat ini mengukur pada temperatur 60 derajat fahrenheit
atau setara dengan 15,55 derajat celcius dan berskala 1,000 – 1,060 g/ml. Bobot
jenis suatu cairan sangat tergantung dengan zat terlarut pada cairan tersebut.
Prinsip uji BJ adalah semakin besar konsentrasi zat terlarut suatu larutan,
maka semakin besar pula bobot jenis larutan tersebut. Hasil pengukuran terhadap berat
jenis alamiah menghasilkan bahwa larutan alamiah yang memiliki bobot paling
tinggi adalah larutan albumin 1% yaitu sebesar 1,029. Praktikan juga dapat
mengetahui bahwa diantara NaCL yang memiliki konsentrasi yang berbeda – beda
yakni 0,9%, 0,3%, dan 5% bahwa NaCl yang memiliki konsentrasi 5% memiliki berat
jenis yang lebih tinggi. Berat jenis NaCl 5% adalah 1,029, bandingkan dengan
NaCl 0,3% yang sebesar 1,000 atau NaCl 0,9 yakni 1,006. Hal tersebut
dikarenakan semakin besar konsentrasi suatu larutan, maka semakin besar pula
bobot jenisnya. Hal tersebut juga berlaku pada aquades yang memiliki bobot
jenis yang rendah karena memiliki sedikit zat terlarut di dalamnya, hal
tersebut membuat aquades memiliki konsentrasi rendah begitu pula dengan bobot
jenisnya.
Bobot jenis urin manusia memiliki patokan normal yaitu antara 1,010 –
1,025. Pengukuran urin pada manusia yang dilakukan oleh praktikan
memperlihatkan hasil bahwa bobot urin setiap manusia berbeda – beda. Hal
tersebut dikarenakan faktor yang mempengaruhi perbedaan jenis urin adalah jumlah
relatif air, zat terlarut untuk ekskresi, dan makanan yang dikonsumsi
(McPherson & Sacher 2004).
Jarum Mengambang Akibat Tegangan Permukaan (ByFen) |
Permukaan tegangan cairan alamiah, jarum yang
diletakkan di gelas arloji kemudian diberi cairan akuades dan air sungai akan
terapung. Sedangkan saat cairannya diganti dengan cairan empedu dan air kelapa,
jarum terlihat melayang. Kemudian, jarum tenggelam saat diberi detergen. Jarum
yang ada pada gelas arloji tenggelam ketika diberi air sungai, karena air
sungai memiliki sifat emulgator yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan
zat cair. Molekul cairan memberikan gaya tarik satu dengan yang lainnya.
Terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul di dalam volume cairan,
tetapi molekul permukaan ditarik di dalam volume cairan, sehingga cairan
cenderung memperkecil luas permukaannya, hanya dengan meregang lapisan.
Surfaktan adalah suatu zat yang memiliki kemampuan
untuk menurunkan tegangan permukaan suatu medium dan tegangan antarmuka antara
dua fase yang berbeda derajat polaritasnya. Istilah antarmuka menunjuk pada
sisi antara dua fase yang tidak saling melarutkan, sedangkan istilah permukaan
menunjuk pada antar muka di mana salah satu fasenya berupa udara (gas) (Rosen
2004).
Zat cair (etanol, detergen dan minyak tanah) memiliki
tegangan permukaan rendah sehingga jumlah tetesan yang diihasilkan tinggi.
Sedangkan akuades dan NaCl 20 % memiliki tegangan permukaan tinggi sehingga
gaya tolak untuk mempertahankan luas permukaan tinggi, jadi jumlah tetesan yang
dihasilkan larutan ini rendah. Molekul-molekul yang tedapat pada air dan NaCl
berinteraksi lebiih kuat yang mengakibatkan tiap tetes yang dihasilkan lebih
besar, sehingga jumlah tetesannya rendah. Hal ini menunjukkan semakin besar
tegangan permukaan suatu larutan maka semakin kuat permukaan larutan memberikan
gaya tolak atas benda yang ada di atasnya.
Berdasarkan macam zat
cair yang berfungsi sebagai fase terdispersi
ataupun pendispersi, maka emulsi
digolongkan menjadi 2: Emulsi tipe w/o (emulsi yang terdiri dari butiran air
yang tersebar ke dalam minyak, air berfungsi sebagai fase terdispersi & minyak
sebagai fase pendispersi)
dan Emulsi tipe o/w (emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar ke
dalam air).
Emulsi
minyak kelapa dan air bersifat tidak stabil, termasuk tipe w/o, dan minyak
terlihat pucat. Emulsi minyak kelapa dan sabun bersifat stabil, dan termasuk
tipe o/w. Emulsi minyak kelapa dan gum arab bersifat metastabil, termasuk tipe
o/w, dan gum arab sebagai emulsifier mengikat air (polar) dan minyak (non
polar). Emulsi susu termasuk tipe o/w karena konsentrasi minyak yang terwarnai
lebih banyak. Emulsi margarin bertipe w/o karena sebagian besar minyak
terwarnai oleh sudan merah.
Gum arab dapat meningkatkan stabilitas
dengan peningkatan viskositas. Jenis pengental ini juga tahan panas pada proses
yang menggunakan panas namun lebih baik jika panasnya dikontrol untuk
mempersingkat waktu pemanasan. Gum arab dapat digunakan untuk pengikatan flavor, bahan pengental,
pembentuk lapisan tipis dan pemantap emulsi (Alinkois 1989).Gum arab mempunyai gugus
arabinogalactan protein (AGP) dan glikoprotein (GP) yang berperan sebagai
pengemulsi dan pengental (Gaonkar,1995).
Susu termasuk emulsi cair karena zat fase cair
terdispersi dalam zat fase cair. Artinya, zat terdispersi berfase cair dan zat
pendispersi (medium) juga berfase cair. Susu termasuk koloid karena secara
makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop
ultra, dapat disaring dengan penyaring ultra. Susu memiliki komposisi yang
berkisar pada 87,7% air, 4,9% laktosa (karbohidrat), 3,4% lemak, 3,3% protein,
dan 0,7% mineral. Keberadaan campuran partikel laktosa, lemak dan protein yang
terdispersi secara merata dalam air ini akan menyebabkan kelakuan sifat materi
yang tergolong sebagai koloid.
Daftar Pustaka
Alinkolis,
J. J. 1989. Candy Technology.
The AVI Publishing Co. Westport-Connecticut.
Carpenito LG. 2009. Diagnosis Keperawatan: Aplikasi
pada Praktik Klinis.
Gaonkar,
A. G. 1995. Inggredient Interactions
Effects on Food Quality. Marcell Dekker, Inc., New York. Issuryanti M, editor. Jakarta
(ID): EGC. Terjemahan dari: Nursing Diagnosis: Aplication to Clinical Practice. Ed ke-9.
McPherson RA, Sacher RA. 2004. Tinjauan klinis hasil
pemeriksaan
laboratorium. Pendit BU, Wulandari D, penerjemah; Hartanto H,
editor. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari:Widmann’s Clinical Interpretation
of Laboratory Tesis. Ed ke-11.
Rosen, Day A.2004. Analisis
Kimia KulitatifEdisi ke-4 Jakarta (ID): Erlangga.
Semoga bermanfaat bagi kalian dan semangat terus belajar.
Sekian dan terimakasih.
Jangan lupa comment and Share ya. Salam ByFen!
0 komentar:
Post a Comment