Thursday 29 December 2016

Akibat Tidak Berfungsinya Badan Golgi

Badam golgi seharusnya dapat menjalankan aktivitas sesuai dengan fungsinya. Karena apabila badan golgi tidak berfungsi sebagaimana mestinya maka akan timbul masalah mekanisme dalam sel. Mekanisme yang tidak sesuai di dalam sel akan menimbulkan penyakit yang cukup berbahaya. Berikut contoh penyakitnya:

  1. Diabetes

Penyakit diabetes sangat berhubungan erat dengan gangguan pada badan golgi. Hal ini disebabkan karena badan golgi tidak mampu melakukan sekresi asam amino menjadi hormon, terutama hormon insulin yang berfungsi mengubah glukosa menjadi glikogen. Apabila terjadi kerusakan pada badan golgi maka mengganggu produksi hormon insulin yang berguna bagitubuh. Akibatnya produksi hormon insulin akan menurun dan sebaliknya akan terjadi penumpukkan glukosa didalam darah karena tidak ada hormon yang dapat mengubah glukosa menjadi glikogen selain hormon insulin. Hal ini merupakan salah satu penyebat timbulnya penyakit diabetes.

  1. Kanker


Munculnya kanker secara tidak langsung juga disebabkan karena gangguan pada Badan Golgi. Hal ini juga berkaitan dengan fungsi Badan Golgi sebagai tempat sekresi asam aminountuk membentuk hormon. Salah satu hormon yang berperan dalam perkembangan sel kanker adalah hormon estrogen. Hormon estrogen ini berfungsi dalam merangsang pertumbuhan seltidak terkecuali juga untuk sel kanker. Sehingga dapat berpotensi meningkatkan perkembangan sel kanker tersebut. Salah satu hormon yang dapat menghambat perkembangansel adalah hormon progestron yang dapat melindungi perkembangan sel yang berlebihan. Halini akan menjadi salah satu masalah apabila badan golgi mensekresi terlalu banyak hormon estrogen serta terlalu sedikit mensekresikan hormon progestron. Hal ini akan menyebabkan terjadinya gangguan keseimbangan hormon. Akibatnya hormon estrogen akan terus merangsang perkembanagan sel kanker tanpa dihalangi oleh hormon progestron.

Friday 16 December 2016

Ditemukannya Asal Protein Di Dalam Inti Sel

Seperti yang kita tahu protein sangatlah penting dalam proses metabolisme tubuh. Dalam sel terdapat protein yang nantinya akan disintesis oleh inti. Protein tidak hanya ditemukan dari luar sel tetapi juga ada yang ditemukan dari dalam sel  Ada beberapa peluang asal protein-protein ditemukan di dalam inti sel. Protein dalam inti sel dapat berasal dari dalam inti sel itu sendiri. Sintesis di dalam inti sel dapat menghasilkan protein dengan melibatkan ribosom yang ada di inti dan mRNA yang belum disekresikan ke sitoplasma. Protein dihasilkan dari sintesis protein berdasarkan informasi genetik yang ada di DNA. Lokasi awal sintesis protein adalah inti. Protein sendiri tidak diproduksi dalam jumlah besar dalam organel ini, namun transkrip RNA dari instruksi genetik untuk sintesis protein yang diproduksi di sana. Setelah transkripsi, transkrip RNA pindah dari inti sehingga transkrip dapat diterjemahkan oleh ribosom, yang tidak hadir dalam jumlah besar di inti. Transkripsi terjadi hampir tanpa henti dalam inti sel, karena ada permintaan seluler yang konstan untuk lebih banyak protein. 
Protein Sel
Protein dalam sel (ByFen)
Dalam semua sel hidup, proses menerjemahkan informasi genetik dari DNA ke protein yang melakukan sebagian besar pekerjaan dalam sel dilakukan oleh mesin molekuler yang terbuat dari kombinasi RNA dan protein. RNA atau mRNA, menggerakan informasi genetik dari DNA ke ribosom. Messenger RNA menyediakan ribosom dengan cetak biru untuk membangun protein. Ribosom menggunakan informasi dalam messenger RNA untuk menghubungkan bersama transfer RNA mengikat asam amino untuk membuat setiap jenis yang berbeda dari protein dalam sel. Sel manusia membuat hampir 100.000 jenis protein, masing-masing dengan urutan mRNA yang unik.
Ada pula protein dihasilkan dari organel sitosol. Sitosol adalah komponen sel di dalam sitoplasma yang berupa cairan. Sebagian metabolisme sel terjadi di sini. Protein dalam sitosol berperan penting dalam jalur transduksi sinyal seluler dan glikolisis. Sebagian besar sitosol terdiri atas air, ion terlarut, molekul kecil, dan sejumlah besar molekul larut air (seperti protein). Mengandung sekitar 20-30% protein. Protein yang berasal dari sitosol disintesis terlebih dahulu kemudian akan ditransport ke dalam inti sel melalui pori-pori inti. Dalam hal ini protein mempunyai sinyal pengenal agar dapat melintasi pori-pori inti dan masuk ke dalam inti
Protein juga berasal dari sintesis yang dilakukan oleh ribosom yang menempel di retikulum endoplasma. ribosom adalah tempat sintesis protein – ribosom dapat ditemukan di sitosol, bagian cairan seperti sitoplasma, atau melekat pada retikulum endoplasma kasar. Ribosom yang menempel pada membran retikulum endoplasma akan mensintesis protein menuju lumen retikulum endoplasma. Setelah itu protein tersebut akan ditransportasikan masuk ke dalam inti melalui pori-pori inti.. Sebuah proses yang dikenal sebagai translasi, dimana transkrip RNA diterjemahkan ke protein fungsional, yang berlangsung di ribosom.
Translasi, proses di mana sebuah untai RNA digunakan dalam pengembangan protein, mengambil tempat di ribosom. Ribosom menghubungkan asam amino menjadi rantai panjang. Rantai ini umumnya tidak berguna sebagai rantai linear, tetapi sifat-sifat kimia asam amino dan lokasi mereka dalam rantai menyebabkan mereka untuk melipat menjadi bentuk fungsional. Dalam banyak kasus, lipatan ini terjadi selama sintesis – tepat di tempat sintesis protein – sementara dalam kasus lain, protein lain harus membantu dalam proses pelipatan. Struktur berfungsi untuk mengangkut protein tertentu, terutama protein sekretori, untuk lokasi selular yang berbeda. Setelah meninggalkan lokasi tempat mereka disintesis, protein yang dengan sinyal rantai yang menyebabkan mereka untuk diarahkan ke tujuan tertentu ditandai. Tempat sintesis, maka, tidak selalu dekat dengan tempat di mana protein tersebut benar-benar digunakan.

Thursday 15 December 2016

Kadar Glukosa Dalam Darah

Glukosa di dalam darah dikendalikan oleh beberapa mekanisme homeostatik yang dalam keadaan sehat akan mempertahankan kadar gula darah pada rentang 70 sampai 110 mg/dL dalam keadaan puasa. Setelah ingesti makanan yang mengandung banyak glukosa, secara normal kadar glukosa darah tidak melebihi 170 mg/dL. Banyak hormon yang ikut serta dalam mempertahankan kadar glukosa darah yang kuat, baik dalam keadaan normal (steady-state) maupun sebagai respon terhadap stres. Beberapa hormon yang mempengaruhi kadar glukosa darah antara lain hormon insulin, somatostatin, glukagon, epinefrin, kortisol, ACTH, hormon pertumbuhan, dan tiroksin. Pengukuran glukosa darah sering dilakukan untuk memantau keberhasilan mekanisme-mekanisme regulatorik ini. Penyimpangan yang berlebihan dari normal, baik terlalu tinggi atau terlalu rendah, mengisyaratkan gangguan homeostatis (Sacher & Richard 2007).

Darah mengandung glukosa
Darah Mengandung Glukosa (ByFen
Kadar glukosa darah meningkat seiring dengan pencernaan dan penyerapan glukosa dari makanan. Pada individu yang sehat dan normal, kadar tersebut tidak melebihi sekitar 140 mg/dL karena jaringan akan menyerap glukosa dari darah, menyimpannya untuk digunakan kemudian, atau mengoksidasinya untuk menghasilkan energi. Apabila kadar glukosa terus meningkat setelah makan, konsentrasi glukosa yang tinggi dapat menyebabkan keluarnya air dari jaringan akibat efek osmotik glukosa. Jaringan akan mengalami dehidrasi dan fungsinya akan terganggu. Dehidrasi otak dapat menyebabkan koma hiperosmolar. Selain itu, apabila kadar glukosa darah terus turun setelah makan, jaringan yang bergantung pada glukosa akan mengalami kekurangan energi. Apabila kadar glukosa turun secara mendadak, otak tidak mampu membentuk ATP dalam jumlah memadai. Akan timbul pusing dan kepala terasa ringan, diikuti oleh mengantuk, dan akhirnya koma. Konsekuensi kelebihan atau kekurangan glukosa yang berbahaya dalam keadaan normal dihindari karena tubuh mampu mengatur kadar glukosa darahnya (Marks 2000). 
Rendahnya kadar glukosa dalam serum darah sapi, selain dapat menghambat sintesis atau pelepasan gonadothropin releasing hormone (GnRH), juga menghambat pelepasan follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), menyebabkan terhambatnya perkembangan folikel, ovum, estrogen, dan progesteron. Kekurangan nutrisi juga berdampak pada kematian ovum, embrio, dan fetus karena tidak cukupnya hormon steroid ovarium. Tingginya kadar glukosa darah dalam serum sapi, lambat laun dapat merusak organ tubuh yang penting seperti mata, syaraf, ginjal bahkan jantung. Kadar yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping Protease Inhibitor (PI). Kadar glukosa darah normal pada sapi (dalam serum atau plasma darah) yaitu 65-110 mg/dL (3.6-6.1 mmol/L) (Girinda1989).
Prinsip yang digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah sapi ini yaitu, filtrat darah bebas protein yang mengandung gula direaksikan dengan larutan kupritartrat dalam suasana basa. Ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahkan pereaksi fosfomolibdat, maka Cu2O akan melarut lagi dan warna larutan akan menjadi biru tua, karena adanya oksida Mo. Ekstingsi dari larutan akan diukur pada panjang gelombang 660 nm dengan spektrofotometer. Hukum Lambert Beer dapat digunakan untuk menentukan kadar gula dalam sampel (Wijaya 2014).
Spektrofotometri adalah salah satu cara yang dapat digunakan dalam penentuan kadar glukosa dalam darah. Spektrofotometri merupakan metode analisis yang didasarkan pada absorpsi radiasi elektromagnet. Cahaya terdiri dari radiasi terhadap gelombang dengan panjang berlainan yang akan menimbulkan cahaya yang berlainan pula, sedangkan campuran cahaya yang berbeda panjang gelombangnya ini akan menyusun cahaya putih. Cahaya putih meliputi seluruh spektrum nampak 400-760 mm. Spektrofotometri terjadi bila terjadi perpindahan elektron dari tingkat energi yang rendah ketingkat energi yang lebih tinggi. Perpindahan elektron tidak diikuti oleh perubahan arah spin, hal ini dikenal dengan sebutan tereksitasi singlet. Besar penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom atau molekul dinyatakan oleh Hukum Beer-Lambert. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan atau medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Hukum Lambert ini tentunya hanya berlaku jika di dalam bahan atau medium tersebut tidak ada reaksi kimia ataupun proses fisis yang dapat dipicu atau diimbas oleh berkas cahaya datang tersebut (Hawab 2005).
Nilai absorbansi didapat dengan menembakkan cahaya dengan panjang gelombang tertentu ke sampel darah lalu membandingkan nilai intensitas cahaya yang masuk dan yang keluar dari sampel darah. Dengan demikian, mengukur kadar glukosa darah dapat lebih praktis dan akurat tanpa melalui proses fisis kimiawi (Tamridho 2010). Besarnya kemampuan molekul-molekul zat terlarut untuk mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang tertentu dikenal dengan istilah absorbansi (A), yang setara dengan nilai konsentrasi larutan tersebut dan panjang berkas cahaya yang dilalui (biasanya 1 cm dalam spektrofotometer) ke suatu point dimana presentase jumlah cahaya yang ditransmisikan/diabsopsi diukur dengan photobe (Sabrina 2011).
Besarnya penyerapan cahaya (absorbansi) dari suatu kumpulan atom/molekul dinyatakan oleh Hukum Lambert-Beer. Hukum Lambert menyatakan bahwa proporsi berkas cahaya datang yang diserap oleh suatu bahan/medium tidak bergantung pada intensitas berkas cahaya yang datang. Menurut hukum Lambert-Beer, absorbsi berbanding lurus dengan panjang lintasan dan konsentrasi, sehinggaabsorbsi tidak mempunyai limitasi terkait dengan panjang lintasan. Selain itu, absorbsi berbanding lurus dengan konsentrasi kecuali untuk konsentrasi yang terlalu tinggi atau jika terjadi reaksi kimia. Biasanya,A menjadi nonlinier jika c> 0.10 M. Pada konsentrasi diatas 0.10 M, jarak antar molekul analit menjadi cukup dekat, yang mempengaruhi distribusi muatan, sehingga mengubah cara molekul melakukan serapan (mengubah e). Selain itu, A menjadi nonlinier jika terjadi reaksi kimia. Jika analit mengalami assosiasi, dissosiasi atau bereaksi dengan pelarut atau komponen lain dalam larutan, penyimpangan hukum Lambert-Beer akan terjadi (Elisa 2008). Panjang gelombang yang digunakan dalam praktikum kali ini yaitu 660 nm, berada di daerah cahaya tampak, yaitu daerah spektrum merah (Rhiza 2012).
Kadar glukosa darah yang diketahui dapat membantu memprediksi metabolismme yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika kandungan glukosa dalam tubuh hewan sangat berlebih maka glukosa tersebut akan mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energi. Namun jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum, maka asam piruvat yang dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan  memenuhi kadar normal glukosa. Percobaan yang dihasilkan memperoleh hasil bahwa kadar glukosa darah dalam sampel darah sapi adalah 0.475 mg/mL atau setara dengan 474.90 mg/dL. Kadar glukosa darah normal pada sapi (dalam serum atau plasma darah) yaitu 65-110 mg/dL.Berdasarkan literatur tersebut, nyatalah bahwa terjadi kelebihan kandungan glukosa darah daam sampel, artinya, sapi yang diambil sampel darahnya mengalami kelainan seperti yang telah disebutkan di atas (Girinda 1989).
Fungsi penambahan akuades adalah mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh akuades.Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas. Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Penambahan Na-wolframat bertujuan mengendapkan albumin yang terlarut dalam air. H2SO4 berfungsi sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan albumin oleh Na-wolframat (Poedjiadi 1994).
Saat penambahan kupritartrat, ion kupri akan direduksi oleh gula menjadi kupro dan mengendap sebagai Cu2O. Dengan menambahan pereaksi fosfomolibdat kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru tua disebabkan oleh adanya oksidasi Mo. Intensitaas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di dalam filtrat (Girinda 1989).

Daftar Pustaka
Anna P. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI-Press.
Elisa. 2008. Spektroskopi. Yogyakarta(ID): UGM Press.
Girinda A. 1989. Biokimia Patologi. Bogor(ID): IPB Press.
Hawab HM. 2005. Pengantar Biokimia. Malang(ID): Bayumedia.
Marks DB. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis. Jakarta(ID): EGC.
Rhiza L.  2012.  Prinsip Penyerapan Cahaya oleh Tumbuhan. Makassar(ID): Universitas Hasanuddin.
Sacher & Richard. 2007. Laboraturium: Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan. Jakarta(ID): EGC.
Sabrina Q. 2011. Kajian Sifat Optis pada Glukosa Darah. Jakarta(ID): UINS.
Tamridho. 2010. Rancang Bangun Alat Pengukur Kadar Gula Darah. Jakarta(ID): Universitas Indonesia
Wijaya H. 2014. Pemeriksaan darah Pengantar Biokimia. Jakarta(ID): Universitas Esaunggul.

Tuesday 13 December 2016

Vitamin Dalam Tubuh

Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin yang dapat disintesis oleh tubuh memang ada, namun laju sintesisnya kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tetap sehat. Meskipun di dalam tubuh vitamin tidak dipergunakan untuk mendapatkan tenaga seperti lemak atau karbohidrat dan juga idak dipakai sebagai zat pembangun seperti protein, vitamin tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan melalui peranannya sebagai enzim pembantu dalam proses metabolisme. Fungsi khusus berbagai vitamin sangat berbeda antara satu dan yang lain. Oleh karena itu, sulit menyamaratakan fungsi vitamin dalam gizi manusia (Sumardjo 2008).
vitamin bagi tubuh
Vitamin Penting Dalam Tubuh (ByFen)

Berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (vitamin C) dan B kompleks (B1 s.d.B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt (wiwik 2003). Vitamin yang larut dalam air memiliki beberapa sifat umum di antaranya, tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tidakmemiliki provitamin, terdapat di semua jaringan, sebagai prekusor enzim-enzim, diserap dengan proses difusi biasa, tidak disimpan secara khusus dalam tubuh, diekskresi melalui urin, dan relatif lebih stabil meskipun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E dan K. Vitamin yang larut dalam lemak memiliki beberapa sifat umum, antara lain tidak terdapat di semua jaringan, terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, memiliki bentuk prekusor atau provitamin, menyusun struktur jaringan tubuh, diserap bersama lemak, disimpan bersama lemak dalam tubuh, diekskresi melalui feses, kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya (Winarno 2004).

Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan titrimetri. Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi sedangkan analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi/kadarnya. Prinsip titrimetri dibedakan menjadi dua, yaitu titrimetri langsung dan tidak langsung. Prinsip titrimetri tidak langsung dilakukan terhadap zat – zat oksidator berupa garam – garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat – zat oksidator ini direduksi dulu oleh kalium iodida dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan  kembali dengan larutan naatrium  tiosulfat baku (Baaset 1994). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam tablet dan dalam buah.
Penentuan kadar vitamin C dalam suatu bahan dilakukan dengan iodometri tidak langsung. Iodometri tidak langsung dilakukan dengan penitrannya adalah larutan tiosulfat 0,1 N. Iod akan bereaksi terhadap titran yang berlebih dengan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Prinsip reaksinya adalah amilum dengan I2 membentuk suatu komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran titran dengan berubah menjadi kuning pucat, sehingga titik akhir titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan warna (titik ekivalen) (Mulyono 2005).
Iodimetri adalah oksidasi kuatitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri terbagi menjadi dua, iodimetri langsung dan iodimetri tidak langsung. Iodimetri langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium, contohnya pada penetapan kadar asam askorbat. Iodimetri tidak langsung, bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat, contohnya pada penetapan kadar natrium tiosulfat (Sunita 2004).
Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas dihasilkan tubuh ketika melakukan proses merubah makanan menjadi energi. Vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker. Vitamin C berperan sebagai pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot, berperan dalam penutupan luka, dan memberikan perlindungan dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Vitamin C membantu pertumbuhan, mencegah penuaan, mengendalikan kadar kolesterol, dan dapat mempercepat proses pemulihan (Akhilender 2003).



Fungsi larutan H2SO4 ditambahkan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan vitamin C yang bersifat oksidator dan sebagai katalis. Fungsi pereaksi Iod dan pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan kadar vitamin C. Rerata kadar vitamin C 1 tablet = 50 mg. Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran adalah reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang jelas. Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa. Kedua, reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna yang terjadi pada titik akhir. Ketiga, ada indikator yang sesuai dan ada larutan baku (Krisno 2001). 

Daftar Pustaka
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia 1. Jakarta(ID): Erlangga.
Gibson J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta(ID): EGC.
IKAPI. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta(ID): Kanisius.
Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang(ID) : UMM Press.
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta(ID): Bumi Aksara.
Sumardjo D. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Sunita A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI Press.
Triwahyuni E dan Yusrin. 2010. Penggunaan Metode Kompleksometri pada Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C. UNIMUS.
Widiarto S. 2009. Kimia Analitik. Lampung(ID): UNILA.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiwik S. 2003. Pengaruh suplementasi besi dan vitamin C terhadap asupan zat gizi dan kadar hemoglobin anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat.19: 46-47.

Wednesday 23 November 2016

Lipid: Penghasil Energi Tubuh

Lipid adalah sekelompok molekul yang beragam, semuanya tidak dapat larut dalam air, namun dapat larut dalam zat pelarut nonpolar, seperti eter dan kloroform (Sloane 2003). Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan khusus agar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut dalam air. Lipid dalam sirkulasi tersusun menjadi partikel-partikel lipoprotein besar dengan berbagai golongan apolipoprotein. Apolipoprotein ini membantu kelarutan lipid serta pengangkutannya dari saluran cerna ke hati, yang memiliki reseptor spesifik untuk apolopoprotein (Sacher 2004). Lipid merupakan komponen penting dalam membran sel, termasuk diantaranya fosfolipid, glikolipid, dan dalam sel hewan adalah kolesterol. Fosfolipid memiliki banyak kerangka gliserol (fosfogliserida) atau sfingosina (sfingomylin). Serebrosida mengandung glukosa dan galaktosa dan dengan kerangka sfingosinatermasuk dalam glikolipid. Kolesterol merupakan senyawa induk bagi steroid lainyang disintesis dalam tubuh. Steroid tersebut adalah hormon-hormon yang penting seperti hormon korteks adrenal serta hormon seks, vitamin D, dan asam empedu (Tim Dosen Biokimia 2011).

Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai macam jenis. Menurut struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (triglyceride), phospholipida,lecithine, dan sphyngomyelineb. Menurut sumbernya (bahan makanannya), lemak terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Lemak nabati mengandung lebih bayak asam lemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan berbentuk cair (minyak), sedangkan lemak hewani mengandung asam lemak jenuh, khususnya yang mempunyai rantai karbon panjang yang berbentuk padat (Riawan 1990).Menurut konsistennya, lemak terdiri dari dari lemak padat (lemak atau gaji) dan lemak cair (minyak). Menurut wujudnya, lemak terdiri dari lemak tak terlihat (invisible fat) dan lemak terlihat (visible fat). Wujud padat dan cairnya lemak dipengaruhi oleh tingkat kejenuhan asam lemak yang terdapat di dalamnya. Lemak yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak tidak jenuh akan bersifat cair pada suhu kamar dan biasanya disebut sebagai minyak, sedangkan yang kandungan asam lemaknya terutama asam lemak jenuh akan berbentuk padat (Edwar 2011). Asam Lemak Jenuh (Saturated Fatty Acid/SFA)'5 terdapat dalam produk hewani seperti susu penuh, krim, keju, daging-daging berlemak seperti daging sapi, daging sapi muda, daging babi dan ham. Juga terdapat dalam beberapa produk nabati termasuk minyak kelapa, minyak biji palm dan vegetable shortening. Asam Lemak Tak Jenuh (Unsaturated Fatty Acid/MUFA) sebagian besar terdapat dalam minyak tumbuh-tumbuhan seperti zaitun, minyak kacang tanah dan kacang tanah. Asam lemak ini menurunkan kadar kolesterol LDL tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL darah (Tuminah 2009).

Lipid atau Lemak cari yang disebut Minyak (ByFen)

Lipid memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh, diantaranya adalah menghasilkan energi yang dibutuhkan tubuh, menghasilkan asam lemak esensial, pelumas di antara persendian, membantu pengeluaran sisa makanan, dan memberi kepuasan cita rasa. Lipid merupakan sumber energi yang pekat, 1 gram lipid memberikan 9 gram kalori. Energi yang berlebihan dalam tubuh akan disimpan dalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lipid adiposa ini tersimpan dalam jaringan di bawah kulit/ sub cutaneus tissues sebanyak 50%, sekeliling alat tubuh dalam rongga perut sebanyak 45%, dan dalam jaringan bagian dalam otot/intra muscular tissues sebanyak 5% (Suhardjo 2010). 

Prinsip “like dissolve like” artinya suatu zat akan larut pada pelarut yang tepat atau sesuai. Hal ini dapat dikatakan bahwa zat yang bersifat polar akan larut pada pelarut polar, dan zat yang bersifat non polar akan larut pada pelarut yang non polar. Kelarutan suatu zat dapat disebabkan oleh beberapa faktor, faktor tersebut adalah jenis pelarut, suhu, dan pengadukan (Winarno 1991). Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap kelarutan zat, semakin tinggi suhu maka kelarutan akan semakin tinggi pula. Hal tersebut dikarenakan ketika suhu meningkat, jarak antar ikatan zat menjadi renggang sehingga ikatannya muda lepas dan akhirnya larut. Pengadukan dapat menyebabkan kelarutan semakin tinggi. Partikel dalam suatu larutan berukuran sebesar molekul atau ion–ion. Partikel itu tersebar merata dalam larutan dan menghasilkan fase homogen. Karena sedemikian menyatunya penyebaran solut dan solven, sifat fisik larutan sedikit berbeda dengan solven murninya.

Ketidakjenuhan dalam lemak dan minyak biasanya ditentukan dengan adisi kuantitatif iodin kepada ikatan rangkap duanya. Penghidrogenan ikatan rangkap dua asam lemak tak jenuh merupakan cara dalam industri untuk mengubah minyak menjadi lemak. Oksidasi yang dikaitkan dengan ikatan rangkap itu penting baik dari segi niaga maupun segi biologi (Isnani 2013). Asam lemak tidak jenuh dapat terlihat melalui penentuan bilangan iod yang dapat menunjukkan adanya asam lemak tak jenuh sebagai penyusun dari minyak atau lemak. Asam lemak tidak jenuh mampu mengikat iodium dan membentuk senyawa jenuh. Banyaknya iodine yang diikat oleh asam lemak menunjukkan banyaknya ikatan rangkap yang terdapat dalam minyak atau lemak (Carolina 2008).

Ikatan rangkap dua dalam ikatan komponen asam lemak tak jenuh dari trigliserida terputus, membentuk aldehid berbobot molekul rendah dengan bau tak sedap. Aldehid kemudian dioksidasi asam lemak berbobot molekul rendah yang juga berbau tidak enak. Ketengikan memperpendek masa simpan biskuit dan makanan sejenisnya (Carolina 2008). Kerusakan lemak yang utama timbul dari bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan. Kerusakan ini dimulai dengan pembentukan radikal-radikal bebas yang disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempercepat reaksi seperti cahaya dan panas. Oksidasi ini dapat juga berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan minyak atau lemak. Terjadinya oksidasi akan mengakibatkan bau tengik pada minyak atau lemak (Carolina 2008). Fungsi kertas fluoroglusinol pada percobaan adalah sebagai indikator dalam menentukan ketengikan larutan dengan adanya perubahan warna yang terjadi pada kerta floroglusinol. Perubahan warna pink menunjukkan reaksi positif bahwa uji tersebut tengik.


Daftar Pustaka
Carolina D. 2008. Penentuan Kadar Asam Lemak Bebas dan Bilangan Iodin dari Minyak Hasil Ekstraksi Kacang Tanah dengan Pelarut n-Heksana. Medan(ID): Universitas Sumatera Utara.
Edwar Z et al. 2011. Pengaruh Pemanasan terhadap Kejenuhan Asam Lemak Minyak Goreng Sawit dan Minyak Goreng Jagung. Padang(ID): Universitas Andalas.
Harper. 1980. Biokimia (Review of Physiological Chemistry) Edisi 17. Jakarta(ID): EGC
Isnani AN. 2013. Ekstraksi dan Karakteristik Minyak Ikan Patin yang Diberi Pakan Pelet Dicampur Probiotik. [SKRIPSI]. Jember(ID): Universitas Jember.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta(ID): Erlangga
Poedjiaji Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI Press.
Riawan S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Jakarta (ID): Binarupa Aksara
Sacher RA, McPherson RA. 2004. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium Edisi 11. Wulandari D, penerjemah. Jakarta (ID): EGC. Terjemahan dari: Widmann’s Clinical Interpretation of Laboratory Tests
Suhardjo, Kusharto CM. 2010. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta (ID): Kanisius
Tim Dosen Biokimia. 2011. Analisis Lipid dengan Menggunakan Berbagai Uji Kualitatif.  Makassar(ID): UPTMKU Universitas Hasanuddin.
Tuminah S. 2009. Efek Asam Lemak Jenuh dan Asam Lemak Tak Jenuh "Trans" terhadap Kesehatan. Jakarta(ID): Puslitbang Biomedis dan Farmasi
Winarno FG. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : Gramedia.

Itulah pengertian dan jenis mengenai lipid, semoga dapat bermanfaat dan tetap semangat belajar.
Sekian dan terima kasih.

Jangan lupa comment and share ya, salam ByFen!

Tuesday 22 November 2016

4 Macam Struktur Protein

Berbicara tentang protein tentu sangat luas cakupannya. Mulai dari fungsi, sumber, jenis, dan strukturnya, Setiap makhluk hidup tentu membutuhkan protein untuk kelangsungan hidupnya. Namun yang penulis bahas kali ini, apa sih struktur yang ada dalam protein? Lalu apa yang terjadi jika suatu protein dipanaskan secara berlebih? Selain itu protein merupakan polimer dari suatu monomer, ya monomernya ialah asam amino. Penulis juga akan membahas asam amino secara umumnya. Langsung saja kalian baca dibawah ini.

Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan (g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C, H, O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Girinda, 1990). Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang, dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. (Winarnno, 1997). Struktur protein meliputi struktur primer, struktur sekunder, struktur tersier, dan struktur kuartener.

Struktur protein
Macam-Macam Struktur Protein (ByFen)
Struktur primer merupakan struktur yang sederhana dengan urutan-urutan asam amino yang tersusun secara linear yang mirip seperti tatanan huruf dalam sebuah kata dan tidak terjadi percabangan rantai. Struktur primer terbentuk melalui ikatan antara gugus α–amino dengan gugus α–karboksil. Ikatan tersebut dinamakan ikatan peptida atau ikatan amida (Berg et al., 2006; Lodish et al., 2003). Struktur ini dapat menentukan urutan suatu asam amino dari suatu polipeptida (Voet & Judith, 2009).

Struktur sekunder merupakan kombinasi antara struktur primer yang linear  distabilkan oleh ikatan hidrogen antara gugus =CO dan =NH di sepanjang tulang belakang polipeptida. Salah satu contoh struktur sekunder adalah α-heliks dan β-pleated. Struktur ini memiliki segmen-segmen dalam polipeptida  yang terlilit atau terlipat secara berulang. (Campbell et al., 2009; Conn, 2008).

Struktur tersier dari suatu protein adalah lapisan yang tumpang tindih di atas pola struktur sekunder yang terdiri atas pemutarbalikan tak beraturan dari ikatan antara rantai samping (gugus R) berbagai asam amino. Struktur ini merupakan konformasi tiga dimensi yang mengacu pada hubungan spasial antar struktur sekunder. Struktur ini distabilkan oleh empat macam ikatan, yakni ikatan hidrogen, ikatan ionik, ikatan kovalen, dan ikatan hidrofobik. Dalam struktur ini, ikatan hidrofobik sangat penting bagi protein. Asam amino yang memiliki sifat hidrofobik akan berikatan di bagian dalam protein globuler yang tidak berikatan dengan air, sementara asam amino yang bersifat hodrofilik secara umum akan berada di sisi permukaan luar yang berikatan dengan air di sekelilingnya (Murray et al, 2009; Lehninger et al, 2004).

Struktur kuarterner adalah gambaran dari pengaturan sub-unit atau promoter protein dalam ruang. Struktur ini memiliki dua atau lebih dari sub-unit protein dengan struktur tersier yang akan membentuk protein kompleks yang fungsional. ikatan yang berperan dalam struktur ini adalah ikatan nonkovalen, yakni interaksi elektrostatis, hidrogen, dan hidrofobik. Protein dengan struktur kuarterner sering disebut juga dengan protein multimerik. Jika protein yang tersusun dari dua sub-unit disebut dengan protein dimerik dan jika tersusun dari empat sub-unit disebut dengan protein tetramerik (Lodish et al., 2003; Murray et al, 2009). Peranan protein diantaranya sebagai katalisator, pendukung, cadangan, sistem imun, alat gerak, sistem transpor, dan respon kimiawi. Protein-protein tersebut merupakan hasil ekspresi dari informasi genetik masing-masing suatu organisme tak terkecuali pada bakteri (Campbell et al., 2009; Lehninger et al., 2004).

Asam amino adalah blok bangunan yang digunakan untuk membuat protein dan peptida. Asam amino terdiri dari gugus amino, sebuah gugus karboksil, sebuah atom hydrogen, dangugus R yang merupakan rantai cabang. Asam amino berkonfigurasi α dankonfigurasi L, hanyakonfigurasi L yang merupakan komponen protein (Winarno 2008). Asam amino juga dapat dibagi dalam beberapa kelompok menurut strukturnya yaitu asam amino dengan rantai samping yang: (1) merupakan rantai karbon yang alifatik, (2) mengandung gugus hidroksil, (3) mengandung atom belerang, (4) mengandung gugus asam atau amida, (5) mengandung gugus basa, (6) mengandung cincin aromatik, (7) membentuk ikatan dengan atom N pada gugus amino. Berikut ini adalah beberapa jenis asam amino yang terdapat dalam protein, antara lain glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin, prolin, fenilalanin, tirosin, triptofan, serin, treonin, sistein, metionin, glutamine, asparagin, asam glutamate, aspartat, lisin, arginin, histidin. Ada pula beberapa jenis asam amino yang tidak terdapat dalam protein, antara lain ornitin, homosistein, homoserin, sitrulin, 3,5-diodotirosin, 3,4dihidroksil fenilalanin (Poedjiadi 2009).

Pengendapan protein oleh garam dapat dibagi menjadi 2, yaitu salting in dan salting out. Salting in terjadi apabila kelarutan protein meningkat ketika garam ditambahkan ke dalam larutan tersebut. (tidak mengendap). Salting out terjadi apabila kelarutan protein menurun ketika ditambahkan garam ke dalam larutan protein tersebut (protein mengendap). Adapun proses yang terjadi pada percobaan ini adalah proses salting out (Yatno et al.  2008).

Ekstrasi atau pemisahan protein dari senyawa lain dilakukan dengan menggunakan sifat kelarutan protein, yaitu  dengan cara mengendapkan protein pada titik isoelektriknya melalui penambahan garam amonium sulfat.  Penambahan amonium sulfat akan menyebabkan daya larut protein menjadi berkurang.  Akibatnya protein akan terpisah sebagai endapan.  Pengendapan ini hanya menarik air sehingga tidak merusak struktur protein atau tidak mengalami perubahan kimia (Ismail et al. 2013). Albumin adalah protein yang dapat larut air serta dapat terkoagulasi oleh panas dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur (Yuniarti et al. 2013)

Protein dapat terkoagulasi akibat pemanasan yang menyebabkan struktur protein tersebut terdenaturasi. Denaturasi protein didefinisikan sebagai suatu kondisi yang ditandai dengan berubahnya struktur protein, meliputi perubahan bentuk dan lipatan molekul, tanpa menyebabkan pemutusan atau kerusakan ikatan antar-asam amino dalam struktur primer protein. Protein yang mengalami denaturasi akan mengalami penurunan daya kelarutan sehingga protein tersebut akan mengendap pada titik isolistriknya. Titik isolistrik ialah suatu kondisi atau pH yang menyebabkan protein berada dalam muatan yang netral. Denaturasi protein akibat suhu merupakan denaturasi yang bersifat sementara (Bintang 2010).

Denaturasi merupakan perubahan konformasi alamiah menjadi suatu konformasi yang tidak menentu. Proses denaturasi ini dapat berlangsung reversible atau ireversibel. Pada umumnya proses penggumpalan protein diawali oleh proses denaturasi yang berlangsung baik pada titik isolistrik protein tersebut. Denaturasi dapat terjadi karena pengaruh pH, gerakan mekanik, adanya alkohol, aseton, eter, atau detergen (Marzuki 2010). 

Renaturasi adalah proses pembentukan kembali struktur untai ganda dari keadaanterdenaturasi. Renaturasi merupakan suatu proses yang dapat terjadi secara in vivomaupun in vitro. Tahapan yang menentukan kecepatan renaturasi bukan proses pembentukan untaigandanya, melainkan proses tumbukan antara molekul untai tunggal dengan untaitunggal yang lain. Renaturasi dipengaruhi oleh hambatan friksional (Winarno 2004). Titik isolistrik suatu asam amino terjadi saat pH asam amino di dalam larutan berlaku sebagai ion dwikutub atau ion zwitter. Pada pH ini asam amino tidak mengadakan migrasi dalam medan listrik, baik ke katoda maupun anoda. Tidak semua asam amino memiliki titik isolistrik yang sama. Harga titik ini bergantung pada gugus fungsional dalam rumus struktur asam amino. Asam amino netral  titik isolistriknya antara 5.5-6.3, asam amino asam sekitar tiga, dan asam amino basa sekitar 10. Adapun titik isolistrik serum albumin adalah 4.8 (Sumardjo 2009).

Daftar Pustaka
Bintang M. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta (ID): Erlangga.
Bishop, M.Y.1996. The Veterinary Formulary dalam Handbook of Medicines Used in Veterinary Practise 3rd ed. London (UK) : 231
Ciptadi G. 2013. Kompetensi Aktivasi Protein Ekstrak Spermatozoa pada Oosit M-Ii Kambing Berdasarkan Analisis Profil Intensitas Kalsium (Ca2+). Malang(ID).
Ferawati. 2012. Faktor Resiko Kejadian Kurang Energi Protein (KEP) pada Balita (>2-5 Tahun) di Wilayah Kerja Puskesmas Sei Aur Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2012. Padang(ID).
Gani. 2012. Praktikum Bio Protein. http://www.slideshare.net. [diunduh 2016 Oktober 16].
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Gramedia, Jakarta.
Ismail A I, Ahmad A, Seniwati. 2013. Isolasi dan Identifikasi Protein Bioaktif dari Alga Merah Eucheuma Cottonii serta Potensinya sebagai Antikanker. Makassar(ID)
Kaunang CL dan Pudjiastuti E. 2011. Uji In Vivo Silase Hijauan Pakan yang Dipupuk Air Belerang dan Pupuk Kandang pada Domba. Manado(ID).
Larasati P. 2011. amino dan protein.  http://puspa.larasati08.student.ipb.ac.id/2011/03/04/amino-dan-protein/. [diunduh 2016 Oktober 16].
Marzuki I, Amirullah, Fitriani. 2010. Kimia dalam Keperawatan. Makassar (ID): Pustaka As Salam.
Nurhikmayani R. 2013. Reaksi uji protein. Makassar (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin.
Nurilmala M et al. 2006. Perbaikan Nilai Tambah Limbah Tuang Ikan tuna menjadi Gelatin serta Analisis Fisika Kimia. Bogor(ID)
Poedjiadi, A. 2009.Dasar-dasarBiokimia.Jakarta(ID): Universitas Indonesia (UI-Press).
Pudyaatmaka AH. 2002. Kamus Kimia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.          
Repository USU. 2012. Uji Kualitatif dan Kuantitatif terhadap Protein. Medan(ID).
Sari M. 2011. Identifikasi Protein Menggunakan Fourier Transform Infrared (FTIR). [Skripsi]. Jakarta(ID).
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar (ID): Universitas Hasanuddin.
Sumardjo D. 2009. Pengantar Kimia: Buku Panduan Kuliah Mahasiswa    Kedokteran  dan Program Strata I Fakultas Bioeksakta. Jakarta(ID) : EGC.
Wahyuningtyas et al. 2013.Studi Pembuatan Enzim Selulase dari Mikrofungi Trichoderma reesei dengan Substrat Jerami Padi sebagai Katalis Hidrolisis Enzimatik pada Produksi Bioetanol. Malang(ID).
Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.
Yatno, Ramli N, Hardjosworo P, Setiyono A, Purwadaria T. 2008. Sifat kimia dan nilai biologis konsentrat protein bungkil inti sawit hasil ekstraksi kombinasi fisik-kimiawi. Media Peternakan. 31(3): 178-185.
Yuniarti D W, Sulistiyati T D, Suprayitno E. 2013. Pengaruh Suhu Pengeringan Vakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus Striatus). Malang(ID).


Itulah beberapa jawaban yang penulis ajukan diatas, semoga bermanfaat dan tetap semangat belajar.
Sekian dan terimakasih
Jangan lupa comment and share Salam ByFen!