Tuesday 13 December 2016

Vitamin Dalam Tubuh

Vitamin adalah senyawa organik yang termasuk bahan makanan esensial yang diperlukan oleh tubuh, tetapi tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Vitamin yang dapat disintesis oleh tubuh memang ada, namun laju sintesisnya kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tetap sehat. Meskipun di dalam tubuh vitamin tidak dipergunakan untuk mendapatkan tenaga seperti lemak atau karbohidrat dan juga idak dipakai sebagai zat pembangun seperti protein, vitamin tetap dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan melalui peranannya sebagai enzim pembantu dalam proses metabolisme. Fungsi khusus berbagai vitamin sangat berbeda antara satu dan yang lain. Oleh karena itu, sulit menyamaratakan fungsi vitamin dalam gizi manusia (Sumardjo 2008).
vitamin bagi tubuh
Vitamin Penting Dalam Tubuh (ByFen)

Berdasarkan kelarutannya, vitamin digolongkan dalam dua kelompok, yaitu vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstraksi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Vitamin yang larut dalam air terdiri atas asam askorbat (vitamin C) dan B kompleks (B1 s.d.B12), yang selain mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, oksigen, juga mengandung nitrogen, sulfur atau kobalt (wiwik 2003). Vitamin yang larut dalam air memiliki beberapa sifat umum di antaranya, tidak hanya tersusun atas unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tidakmemiliki provitamin, terdapat di semua jaringan, sebagai prekusor enzim-enzim, diserap dengan proses difusi biasa, tidak disimpan secara khusus dalam tubuh, diekskresi melalui urin, dan relatif lebih stabil meskipun pada temperatur berlebihan menimbulkan kelabilan. Vitamin yang larut dalam lemak yaitu A, D, E dan K. Vitamin yang larut dalam lemak memiliki beberapa sifat umum, antara lain tidak terdapat di semua jaringan, terdiri dari unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, memiliki bentuk prekusor atau provitamin, menyusun struktur jaringan tubuh, diserap bersama lemak, disimpan bersama lemak dalam tubuh, diekskresi melalui feses, kurang stabil jika dibandingkan vitamin B, dapat dipengaruhi oleh cahaya, oksidasi dan lain sebagainya (Winarno 2004).

Penentuan kadar vitamin C dilakukan dengan titrimetri. Volumetri atau titrimetri merupakan suatu metode analisis kuantitatif yang didasarkan pada pengukuran volume titran yang bereaksi sempurna dengan analit. Titran merupakan zat yang digunakan untuk mentitrasi sedangkan analit adalah zat yang akan ditentukan konsentrasi/kadarnya. Prinsip titrimetri dibedakan menjadi dua, yaitu titrimetri langsung dan tidak langsung. Prinsip titrimetri tidak langsung dilakukan terhadap zat – zat oksidator berupa garam – garam besi (III) dan tembaga sulfat dimana zat – zat oksidator ini direduksi dulu oleh kalium iodida dan iodin dalam jumlah yang setara dan ditentukan  kembali dengan larutan naatrium  tiosulfat baku (Baaset 1994). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui kadar vitamin C dalam tablet dan dalam buah.
Penentuan kadar vitamin C dalam suatu bahan dilakukan dengan iodometri tidak langsung. Iodometri tidak langsung dilakukan dengan penitrannya adalah larutan tiosulfat 0,1 N. Iod akan bereaksi terhadap titran yang berlebih dengan perubahan warna merah menjadi kuning pucat. Prinsip reaksinya adalah amilum dengan I2 membentuk suatu komplek berwarna biru tua bereaksi terhadap kehadiran titran dengan berubah menjadi kuning pucat, sehingga titik akhir titrasi tampak jelas dengan terjadinya perubahan warna (titik ekivalen) (Mulyono 2005).
Iodimetri adalah oksidasi kuatitatif dari senyawa pereduksi dengan menggunakan iodium. Iodimetri terbagi menjadi dua, iodimetri langsung dan iodimetri tidak langsung. Iodimetri langsung, bahan pereduksi langsung dioksidasi dengan larutan baku iodium, contohnya pada penetapan kadar asam askorbat. Iodimetri tidak langsung, bahan pereduksi dioksidasi dengan larutan baku iodium dalam jumlah berlebih, dan kelebihan iod akan dititrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat, contohnya pada penetapan kadar natrium tiosulfat (Sunita 2004).
Vitamin C merupakan antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas dihasilkan tubuh ketika melakukan proses merubah makanan menjadi energi. Vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh yang menyebabkan berbagai penyakit degeneratif seperti kanker. Vitamin C berperan sebagai pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot, berperan dalam penutupan luka, dan memberikan perlindungan dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Vitamin C membantu pertumbuhan, mencegah penuaan, mengendalikan kadar kolesterol, dan dapat mempercepat proses pemulihan (Akhilender 2003).



Fungsi larutan H2SO4 ditambahkan agar larutan Iod tidak mengalami oksidasi saat dicampurkan dengan larutan vitamin C yang bersifat oksidator dan sebagai katalis. Fungsi pereaksi Iod dan pati ditambahkan sebagai indikator pada saat titrasi untuk menentukan kadar vitamin C. Rerata kadar vitamin C 1 tablet = 50 mg. Beberapa syarat yang harus dipenuhi pada penitaran adalah reaksi harus berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan reaksi yang jelas. Dengan demikian semua sampel bereaksi dengan penitar, tidak ada yang tersisa. Kedua, reaksi berjalan cepat, reaksi yang cepat akan mempertajam perubahan warna yang terjadi pada titik akhir. Ketiga, ada indikator yang sesuai dan ada larutan baku (Krisno 2001). 

Daftar Pustaka
Akhilender. 2003. Dasar-Dasar Biokimia 1. Jakarta(ID): Erlangga.
Gibson J. 2002. Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta(ID): EGC.
IKAPI. 2006. Makanan Fungsional. Yogyakarta(ID): Kanisius.
Krisno, Budiyanto, Agus. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Malang(ID) : UMM Press.
Mulyono HAM. 2005. Kamus Kimia. Jakarta(ID): Bumi Aksara.
Sumardjo D. 2008. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa Kedokteran. Jakarta(ID): EGC.
Sunita A. 2004. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta(ID): UI Press.
Triwahyuni E dan Yusrin. 2010. Penggunaan Metode Kompleksometri pada Penetapan Kadar Seng Sulfat dalam Campuran Seng Sulfat dengan Vitamin C. UNIMUS.
Widiarto S. 2009. Kimia Analitik. Lampung(ID): UNILA.
Winarno FG. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta(ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Wiwik S. 2003. Pengaruh suplementasi besi dan vitamin C terhadap asupan zat gizi dan kadar hemoglobin anak Sekolah Dasar di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. Jurnal Berita Kedokteran Masyarakat.19: 46-47.

0 komentar:

Post a Comment